Friday, December 07, 2012

Semoga Menjadi Kenangan Manis


Masih teringat ketika saya ikut mengkafani uti saya (dari pihak ibu) yang meninggal hampir 3 tahun lalu. Saat itu saya tidak menangis sama sekali. Saya terlalu bangga dengan beliau yang meninggal dengan keadaan sangat baik. Kulitnya bersih dan mulus, mata tidak melotot, rambut masih hitam (padahal telah berusia 85 tahun), dan jasadnya tidak bau sama sekali.

Meski terharu dan merasa kehilangan, tapi saya tidak meneteskan air mata barang setetes. Bahkan saya sempat membacakan Yaasiin berkali-kali.

Berbeda dengan uti dari pihak ayah. Saya agak terlambat datang ketika beliau meninggal. Saat saya sampai, beliau sudah dimandikan dan dikafani. Bahkan saya tidak sempat melihat jasad beliau untuk terakhir kali dan hanya sempat sekali membacakan Yaasiin.

Saya sedikit menyesal karena tidak punya banyak foto kedua uti saya. Tapi saya mencoba menebusnya dengan banyak memotret mbahKung, terutama mbahKung dari pihak ibu. Beliau pun selalu minta difoto ketika ada event keluarga berkumpul.

Ketika bertemu dengan mbahKung, saya selalu menyempatkan untuk memotret beliau. (Saya jarang bertemu beliau, karena kami beda kota). Beliau pun selalu mengatakan kepada anggota keluarga baru (cucu menantu atau cicit menantu) untuk melihat foto uti yang tergantung di ruang depan.

Menurut saya, mbahKung dari pihak ibu adalah orang yang sangat cerdas. Di usia yang sudah sangat renta (90 tahun lebih) beliau masih bisa ingat semua anak-cucu-cicit bahkan saudara jauh yang jarang bertemu. Tapi beberapa bulan terakhir ini saya dengar dari Budhe bahwa beliau mulai sedikit pikun. Belum pikun yang sampai parah, hanya saja kadang bertanya “Aku wis sarapan opo durung? Kok wetengku luwe.” (Aku sudah makan apa belum? Kok perutku lapar.)

Maka inilah sedikit foto manis bersama mbahKung atau lebih tepatnya yutKung, karena lebih banyak foto mbahKung bersama ponakan saya.

Sebenarnya, saudara-saudara saya juga banyak yang punya foto bersama mbahKung, tapi foto-foto itu menjadi koleksi mereka dan akan dipamerkan ketika ada event keluarga besar berkumpul. Harapan kami adalah banyak kenangan manis yang bisa terekam bersama bapak, bapak mertua, mbahKung, yutKung kami.

Meminjam lirik lagu dari Maroon 5 “IF HAPPY EVER AFTER DID EXIST, I WILL STILL BE HOLDING YOU LIKE THIS”

Maka inilah sebagian kenangan manis bersama mbahKung yang sempat terekam kamera saya.


Mengunjungi mbahKung setelah wisuda

MbahKung bersama saya dan Bapak

MbahKung bersama Ibu dan Budhe




 Idul Fitri 2011. Evander (ketika itu masih 10 bulan) bermain bersama yutKung.




Idul Fitri 2012. Evander (20 bulan) duduk tenang dipangku yutKung.






Tulisan ini disertakan dalam event Give Away "Kenangan Manis untuk Giveaway Manis-Manis"

4 comments:

  1. Berbahagialah yang masih punya Mbah Kung...
    Saat anak saya masih kecil juga sempat "menangi" Yut Kung" yang suka mencatat segala hal di dinding rumah yang terbuat dari papan kayu.

    Saya juga punya banyak kenangan dengan Mbah Kung dari Ibuk saya, yang seorang guru dan segalanya ditulis secara rapi, termasuk koleksi foto lamanya.
    Makasih sudah ikut GA Manis-Manis.
    Salam untuk keluarga, dan juga Mbah Kung nya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah mampir, Pak Mars.

      Terima kasih juga untuk Giveaway-nya yang sangat manis :)
      Salam akan saya sampaikan.

      Delete
  2. salam kenal mbak...

    jadi ingat alm mbah kung saya dari pihak ibu, beliau adalah orang yang pendiam. Tapi di balik diamnya beliau, beliau adalah sosok kakek yang sangat perhatian dengan istri, anak dan cucu-cucunya....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal kembali Pak/Mas Krisna (bingung manggilnya) :)

      Salut untuk MbahKung-nya yang hebat. Semoga beliau sekarang tlh berada di tempat yang 'indah'. Aamiin ^_^

      Delete