Monday, December 03, 2012

What Should I Drink Tomorrow?



Ada yang pernah nonton film THE BOOK OF ELI? Sebuah film dengan setting masa depan setelah peperangan besar yang hampir memusnahkan bumi dan tak menyisakan apapun. Manusia mulai habis disertai dengan berkurangnya sumber daya alam baik berupa air, tumbuhan, maupun hewan. Bahkan matahari begitu menyengat, hingga semua orang harus mengenakan kacamata hitam jika berada di luar rumah. Dengan keadaan semacam itu, pemilik sumber air menjadi orang kaya yang sangat arogan dan minta upah besar bagi orang yang ingin mendapatkan sedikit air.

Tiap kali melihat film itu saya jadi mikir, “What if it really happen in the future?” Walau pun itu hanya film tapi benar-benar membuat saya khawatir. What should I drink tomorrow?

Apalagi ketika melihat berita di TV. Banyak sekali daerah yang kekeringan meski sudah musim hujan. Meski tidak sampai kering kerontang, tapi penduduk di daerah ‘kering’ tersebut kesulitan mendapatkan air bersih. Air yang tersedia hanya air yang tidak layak untuk dikonsumsi.

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa bumi terdiri dari 97.5 % air, tetapi hanya 1 % dari air tersebut yang tawar. Dan sekitar 60% sumber air tawar itu berada di Indonesia. Tapi masih begitu banyak masalah yang timbul akibat kekurangan air bersih.

Air bersih di sini maksudnya adalah air yang layak untuk diminum dan tidak membahyakan bagi tubuh manusia. Menurut sebuah artikel dari situs resmi bppt menyatakan bahwa air yang layak diminum, mempunyai standar persyaratan tertentu yakni persyaratan fisis, kimiawi dan bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu kesatuan. Jadi jika ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air tesebut tidak layak untuk diminum. Pemakaian air minum yang tidak memenuhi standar kualitas tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan, baik secara langsung dan cepat maupun tidak langsung dan secara perlahan.

Krisis air bersih di Indonesia dipicu oleh tidak seimbangnya kebutuhan manusia akan air bersih dengan ketersedian air bersih. Sebab ketidakseimbangan itu antara lain: berkembangnya jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, banyaknya daerah resapan yang hilang, pencemaran, perubahan iklim global serta eksploitasi air tanah berlebihan.

Perkembangan jumlah penduduk yang tidak terkendali berbanding lurus dengan kebutuhan manusia untuk mengkonsumsi air bersih. Dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka makin besar pula usaha orang untuk meningkatkan kualitas ekonomi. Perkembangan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi mengakibatkan banyak daerah resapan air hujan tergantikan oleh pembangunan rumah atau gedung-gedung lainnya. Pembangunan dengan bangunan yang terbuat dari beton dan aspal sangat mempengaruhi ketersediaan air. Beton dan aspal dapat menghalangi air hujan diserap tanah sehingga mengurangi pasokan air bersih.

Hal yang dituding paling banyak menyebabkan air tidak bisa digunakan lagi adalah pencemaran air sungai. Pencemaran sungai membuat kualitas air sungai menurun sehingga tidak mungkin bisa untuk dikonsumsi. Sangat disayangkan ketersediaan air bersih dari tahun ke tahun cenderung menurun akibat pencemaran lingkungan dan kerusakan daerah tangkapan air. Kondisi diperburuk dengan perubahan iklim yang mulai terasa dampaknya sehingga membuat Indonesia mengalami banjir pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau.

Di rumah saya air minum yang kami minum adalah air kemasan alih-alih memasak air sendiri. Kata Bunda, kalau memasak air sendiri nanti ketika sudah dingin maka airnya akan terlihat seperti mengandung kapur. Ketakutan akan kandungan kapur dalam air, membuat Bunda yakin bahwa lebih baik membeli air kemasan.

Ketika saya sarankan menggunakan water purifier, Bunda menolak. Bunda sanksi bahwa air yang dihasilkan oleh water purifier belum tentu bisa menjadi air sehat yang menyehatkan. Ketika ada iklan di TV tentang Pure It, saya sudah sempat menyarankan pada Bunda untuk membeliny. Saat itu Bunda mengiyakan untuk beli Pure It, meskipun hingga saat ini belum beli. Lumayan lah sudah di-iya-kan, kan biasanya ditolak. Hehehe.

Beberapa air minum kemasan terutama galon, biasanya menyebutkan bahwa air tersebut diambil dari sumber mata air di sebuah daerah. Tapi begitu saya coba browsing, saya baru tahu bahwa yang digunakan oleh para produsen air kemasan itu bukan air dari mata air biasa tapi air tanah dalam.

Air tanah dalam memang air yang baik dan sehat karena tidak tercemar oleh limbah. Tapi penggunaan air tanah dalam sebagai air minum dalam kemasan secara masif dinilai beberapa pakar akan membahayakan keberlangsungan sumber daya air. Padahal seharusnya air tanah tersebut digunakan sebagai upaya terakhir kalau air permukaan sudah benar-benar habis atau tidak bisa digunakan lagi. Kalau hari ini air tanah dalam pun sudah mulai menipis, so what should I drink tomorrow? :(

Walau penikmat air kemasan daripada air yang dimasak sendiri, saya suka iseng-iseng browsing solusi agar air yang kualitasnya tidak terlalu baik, bisa diperbaiki kualitas.
1.  Dalam artikel ini terdapat beberapa pertanyaan seputar masalah air sumur dan disertai dengan solusinya. Silakan kunjungi link ini.
2.  Sebuah artikel mengungkapkan bahwa perusahaan dari Australia memberikan pengalaman dengan mengenalkan penemuan teknologi desalinasi dengan tenaga surya untuk mendapatkan air bersih. Teknologi desalinasi dengan tenaga surya tersebut terbukti mampu menghasilkan air berkualitas tinggi. Untuk lebih lengkapnya silakan kunjungi link ini.
3.  Bagi yang tinggal di sekitar lahan gambut, mungkin artikel ini bisa sedikit membantu untuk mendapatkan air bersih dengan metode IPAG (Instalasi Pengolah Air Gambut). Metode ini pertama dilakukan di Desa Tanjung Leban Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Silakan baca selengkapnya di sini.
4.  Dalam situs resminya, Universitas Diponegoro dengan bangga menulis artikel tentang mahasiswanya yang punya ide inovatif dengan menggunakan kulit singkong sebagai bahan penyaring air agar menjadi air bersih. Silakan klik link ini.

Berbagai inovasi di atas sangat berguna, tapi saya tidak bisa melakukan hal-hal tersebut. Maka orang tua saya, terutama Bapak, sangat sadar bahwa konsumsi air kemasan harus diimbangi dengan penghematan penggunaan air. Oleh karena itu, di rumah saya juga ada solusi sederhana yang dibuat oleh orang tua saya untuk menghemat penggunaan air di rumah. Sebagai catatan, air yang digunakan di rumah saya adalah air sumur. Jadi kalau tidak ingin mengalami kekeringan pada saaat kemarau panjang, maka kami harus mematuhi peraturan untuk penghematan air.

Beberapa peraturan penghematan air yang diterapkan oleh orang tua saya, adalah:
  • Jangan lupa mematikan keran air. Keran pun harus ditutup dengan rapat sehingga tidak ada air yang menetes.
  •  Jangan mengisi bak kamar mandi terlalu banyak. Jika sewaktu-waktu bak kamar mandi perlu dibersihkan, maka tidak banyak air yang terbuang sia-sia.
  • Menampung air yang digunakan untuk mencuci buah, sayur, dan beras. Air itu bisa dimanfaatkan untuk menyiram bunga.
  • Menggunakan mesin cuci dengan ‘cerdas’, tidak harus semua pakaian dicuci dalam mesin cuci.
  • Menampung air bilasan mencuci pakaian (ketika mencuci dengan tangan) karena bisa digunakan untuk menyiram pohon yang agak besar (bukan tanaman sayur atau bunga).
  • Membersihkan bunga es di kulkas secara berkala. Bunga es tersebut bisa diletakkan dalam pot bunga sehingga ketika mencair airnya bisa langsung diserap oleh tanah dan akar tanaman dalam pot.
  • Sampah plastik tidak boleh dibuang sembarang, apalagi dibuang di got atau sungai. Harus dikumpulkan dulu kemudian dibakar di tempat yang aman.
  • Tidak membuang baterai bekas dengan sembarangan.
MUDAH KAN?!

Meski peraturan yang diterapkan orang tua saya itu bukan langkah yang besar, tapi saya harap cukup memberi kontribusi untuk ketersediaan air bersih. Karena sesuatu yang besar berawal dari hal kecil. Daripada menyuruh orang lain melakukan ide kita, lebih baik kita harus bisa melakukan hal nyata itu sendiri.

Bagi yang tinggal di sekitar sungai, mohon untuk tidak membuang sampah di sungai. Terlebih lagi, jangan buang hajat di sungai. Kotoran tersebut mencemari sungai dengan bakteri yang sulit terurai oleh proses alamiah. Pencemaran itu yang akhirnya membuat air sungai menjadi air yang tidak memenuhi standar kualitas untuk bisa dikonsumsi manusia.

Mari sayangi bumi kita! Jaga kelestarian sumber air dengan cara bijak dan cerdas. Jangan sampai keluar pertanyaan: What Should I Drink Tomorrow?


Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog #airpureit Berhadiah Utama Rp 10 Juta!



No comments:

Post a Comment