Ada
yang pernah nonton film THE BOOK OF ELI? Sebuah film dengan setting masa depan
setelah peperangan besar yang hampir memusnahkan bumi dan tak menyisakan
apapun. Manusia mulai habis disertai dengan berkurangnya sumber daya alam baik
berupa air, tumbuhan, maupun hewan. Bahkan matahari begitu menyengat, hingga
semua orang harus mengenakan kacamata hitam jika berada di luar rumah. Dengan keadaan
semacam itu, pemilik sumber air menjadi orang kaya yang sangat arogan dan minta
upah besar bagi orang yang ingin mendapatkan sedikit air.
Tiap
kali melihat film itu saya jadi mikir, “What if it really happen in the future?”
Walau pun itu hanya film tapi benar-benar membuat saya khawatir. What should I
drink tomorrow?
Apalagi
ketika melihat berita di TV. Banyak sekali daerah yang kekeringan meski sudah
musim hujan. Meski tidak sampai kering kerontang, tapi penduduk di daerah ‘kering’
tersebut kesulitan mendapatkan air bersih. Air yang tersedia hanya air yang
tidak layak untuk dikonsumsi.
Seperti
yang sudah kita ketahui bahwa bumi terdiri dari 97.5 % air, tetapi hanya 1 %
dari air tersebut yang tawar. Dan sekitar 60% sumber air tawar itu berada di
Indonesia. Tapi masih begitu banyak masalah yang timbul akibat kekurangan air
bersih.
Air
bersih di sini maksudnya adalah air yang layak untuk diminum dan tidak
membahyakan bagi tubuh manusia. Menurut sebuah artikel dari situs resmi bppt menyatakan bahwa air yang
layak diminum, mempunyai standar persyaratan tertentu yakni persyaratan fisis, kimiawi dan bakteriologis, dan
syarat tersebut merupakan satu kesatuan. Jadi jika ada satu saja parameter yang
tidak memenuhi syarat maka air tesebut tidak layak untuk diminum. Pemakaian air minum yang tidak memenuhi standar
kualitas tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan, baik secara
langsung dan cepat maupun tidak langsung dan secara perlahan.
Krisis
air bersih di Indonesia dipicu oleh tidak seimbangnya kebutuhan manusia akan
air bersih dengan ketersedian air bersih. Sebab ketidakseimbangan itu antara
lain: berkembangnya jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, banyaknya daerah
resapan yang hilang, pencemaran, perubahan iklim global serta eksploitasi air
tanah berlebihan.
Perkembangan
jumlah penduduk yang tidak terkendali berbanding lurus dengan kebutuhan manusia
untuk mengkonsumsi air bersih. Dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka makin
besar pula usaha orang untuk meningkatkan kualitas ekonomi. Perkembangan jumlah
penduduk dan pertumbuhan ekonomi mengakibatkan banyak daerah resapan air hujan
tergantikan oleh pembangunan rumah atau gedung-gedung lainnya. Pembangunan dengan
bangunan yang terbuat dari beton dan aspal sangat mempengaruhi ketersediaan
air. Beton dan aspal dapat menghalangi air hujan diserap tanah sehingga
mengurangi pasokan air bersih.
Hal
yang dituding paling banyak menyebabkan air tidak bisa digunakan lagi adalah
pencemaran air sungai. Pencemaran sungai membuat kualitas air sungai menurun
sehingga tidak mungkin bisa untuk dikonsumsi. Sangat disayangkan ketersediaan
air bersih dari tahun ke tahun cenderung menurun akibat pencemaran lingkungan
dan kerusakan daerah tangkapan air. Kondisi diperburuk dengan perubahan iklim
yang mulai terasa dampaknya sehingga membuat Indonesia mengalami banjir pada
musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau.
Di
rumah saya air minum yang kami minum adalah air kemasan alih-alih memasak air
sendiri. Kata Bunda, kalau memasak air sendiri nanti ketika sudah dingin maka airnya
akan terlihat seperti mengandung kapur. Ketakutan akan kandungan kapur dalam
air, membuat Bunda yakin bahwa lebih baik membeli air kemasan.
Ketika
saya sarankan menggunakan water purifier,
Bunda menolak. Bunda sanksi bahwa air yang dihasilkan oleh water purifier belum tentu bisa menjadi air sehat yang menyehatkan.
Ketika ada iklan di TV tentang Pure It, saya sudah sempat menyarankan pada
Bunda untuk membeliny. Saat itu Bunda mengiyakan untuk beli Pure It, meskipun hingga saat ini
belum beli. Lumayan lah sudah di-iya-kan, kan biasanya ditolak. Hehehe.
Beberapa
air minum kemasan terutama galon, biasanya menyebutkan bahwa air tersebut
diambil dari sumber mata air di sebuah daerah. Tapi begitu saya coba browsing, saya baru tahu bahwa yang
digunakan oleh para produsen air kemasan itu bukan air dari mata air biasa tapi
air tanah dalam.
Air
tanah dalam memang air yang baik dan sehat karena tidak tercemar oleh limbah. Tapi
penggunaan air tanah dalam sebagai air minum dalam kemasan secara masif dinilai
beberapa pakar akan membahayakan keberlangsungan sumber daya air. Padahal
seharusnya air tanah tersebut digunakan sebagai upaya terakhir kalau air
permukaan sudah benar-benar habis atau tidak bisa digunakan lagi. Kalau hari
ini air tanah dalam pun sudah mulai menipis, so what should I drink tomorrow? :(
Walau
penikmat air kemasan daripada air yang dimasak sendiri, saya suka iseng-iseng
browsing solusi agar air yang kualitasnya tidak terlalu baik, bisa diperbaiki
kualitas.
1.
Dalam
artikel ini terdapat beberapa pertanyaan seputar masalah air sumur dan disertai
dengan solusinya. Silakan kunjungi link ini.
2.
Sebuah
artikel mengungkapkan bahwa perusahaan dari Australia memberikan pengalaman dengan mengenalkan penemuan
teknologi desalinasi dengan tenaga surya untuk
mendapatkan air bersih. Teknologi desalinasi dengan tenaga surya tersebut
terbukti mampu menghasilkan air berkualitas tinggi. Untuk lebih lengkapnya
silakan kunjungi link ini.
3. Bagi yang tinggal di
sekitar lahan gambut, mungkin artikel ini bisa sedikit membantu untuk
mendapatkan air bersih dengan metode IPAG (Instalasi
Pengolah Air Gambut). Metode ini pertama
dilakukan di Desa Tanjung Leban Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis
Provinsi Riau. Silakan baca selengkapnya di sini.
4.
Dalam
situs resminya, Universitas Diponegoro dengan bangga menulis artikel tentang
mahasiswanya yang punya ide inovatif dengan menggunakan kulit singkong sebagai
bahan penyaring air agar menjadi air bersih. Silakan klik link ini.
Berbagai
inovasi di atas sangat berguna, tapi saya tidak bisa melakukan hal-hal
tersebut. Maka orang tua saya, terutama Bapak, sangat sadar bahwa konsumsi air
kemasan harus diimbangi dengan penghematan penggunaan air. Oleh karena itu, di
rumah saya juga ada solusi sederhana yang dibuat oleh orang tua saya untuk
menghemat penggunaan air di rumah. Sebagai catatan, air yang digunakan di rumah
saya adalah air sumur. Jadi kalau tidak ingin mengalami kekeringan pada saaat
kemarau panjang, maka kami harus mematuhi peraturan untuk penghematan air.
Beberapa
peraturan penghematan air yang diterapkan oleh orang tua saya, adalah:
- Jangan lupa mematikan keran air. Keran pun harus ditutup dengan rapat sehingga tidak ada air yang menetes.
- Jangan mengisi bak kamar mandi terlalu banyak. Jika sewaktu-waktu bak kamar mandi perlu dibersihkan, maka tidak banyak air yang terbuang sia-sia.
- Menampung air yang digunakan untuk mencuci buah, sayur, dan beras. Air itu bisa dimanfaatkan untuk menyiram bunga.
- Menggunakan mesin cuci dengan ‘cerdas’, tidak harus semua pakaian dicuci dalam mesin cuci.
- Menampung air bilasan mencuci pakaian (ketika mencuci dengan tangan) karena bisa digunakan untuk menyiram pohon yang agak besar (bukan tanaman sayur atau bunga).
- Membersihkan bunga es di kulkas secara berkala. Bunga es tersebut bisa diletakkan dalam pot bunga sehingga ketika mencair airnya bisa langsung diserap oleh tanah dan akar tanaman dalam pot.
- Sampah plastik tidak boleh dibuang sembarang, apalagi dibuang di got atau sungai. Harus dikumpulkan dulu kemudian dibakar di tempat yang aman.
- Tidak membuang baterai bekas dengan sembarangan.
MUDAH KAN?!
Meski
peraturan yang diterapkan orang tua saya itu bukan langkah yang besar, tapi
saya harap cukup memberi kontribusi untuk ketersediaan air bersih. Karena sesuatu
yang besar berawal dari hal kecil. Daripada menyuruh orang lain melakukan ide
kita, lebih baik kita harus bisa melakukan hal nyata itu sendiri.
Bagi
yang tinggal di sekitar sungai, mohon
untuk tidak membuang sampah di sungai. Terlebih lagi, jangan buang hajat di
sungai. Kotoran tersebut mencemari sungai dengan bakteri yang sulit terurai
oleh proses alamiah. Pencemaran itu yang akhirnya membuat air sungai menjadi air
yang tidak memenuhi standar kualitas untuk bisa dikonsumsi manusia.
Mari
sayangi bumi kita! Jaga kelestarian sumber air dengan cara bijak dan cerdas. Jangan
sampai keluar pertanyaan: What Should I Drink Tomorrow?
Tulisan
ini diikutsertakan dalam Lomba Blog #airpureit Berhadiah Utama Rp 10 Juta!
No comments:
Post a Comment